Jumat, 14 Juni 2013

waktu

jika aku ada waktu, tolong tukar denganmu
jika aku jadi tuan waktu, tolong berlabuhlah di halamanku
jika aku menjadi wakil waktu, hadapilah dengan syahdu
jika aku mampu menjadi anyaman waktu, panggilah aku

berbelitlah jika aku mencuri waktumu
berbelitlah jiga aku ingin menguasaimu
berbelitlah jika aku terlalu lama menunggu
aku hanya butuh kamu,waktu...

Kamis, 13 Juni 2013

Menjadi Pemanis

Menjadi pemanis tidak harus sadis dan mengemis. Mengemis untuk mendapatkan tetesan tangis yang mengalir deras pada saluran yang dipasang dengan batu dan lubang semen. Lubang yang sudah bergaris dan berbentuk seperti kue lapis mulai ditinggalkan karena makin menjamurnya kue pelangi. pelangi yang warna warni dengan merah jingga atau jingga jambon. Belum ada yang sepenuhnya memahami jingga itu apa dan pink itu apa. Semua terasa pas saja jika kulit putih bermata sipit yang memakai. Aku tidak sedang berbicara mengenai seleraku, aku hanya berbicara mengenai pemanis, pemanis yang selalu tertindas karena ego langit yang selalu mega mendung dan guntur menggelegar.

Menjadi pemanis tidak berlu berlarian kesana kemari karena pemanis merupakan pemanis. Pemanis bukan berasal dari selai yang di hinggapi keju atau coklat misis. Pemanis bukan juga yang di bakar bersama martabak manis diatas wajan alumunium. Pemanis tentu saja memiliki hak untuk terus berhembus hingga tulang rawan ekor bisa memanjang. Memanjang seperti kera sakti dan goku. Memanjang bukan hanya untuk menjadi besar, namun menjadi bebas. Bebas untuk berjalan kemana saja dengan raga yang besar dan jiwa yang teriris.

Menjadi pemanis memerlukan garam untuk menyeimbangkan diri. Menyeimbangkan diri agar bumbu - bumbu dapur yang lain tetap dapat melayani majikannya. Pemanis tentu saja tidak menyadari bahwa dia punya saingan micin yang berbahan dasar MSG. Tentu saja ini menjadi lawan terberatku. Hingga saat ini berat badanku mencapai 67 KG pun disebabkan oleh MSG dan malam hari yang sendiri. Aku hanya butuh untuk stabil pada tahap 65 KG agar aku bisa berlari dan lay up tepat di bawah ring, tidak melulu shooting. Bagaimana bisa aku menjadi enam puluh lima jika pemanis selalu merengek untuk masuk pada teh yang setiap pagi di sedu oleh ibu ku?

Menjadi pemanis perlu mistis yang kuat. Mistis yang mampu memberikan kejutan agar aku benar - benar terkejut. Bahkan jika perlu bulu kuduk merinding dan mata menganga. Menjadi pemanis tidak harus kembali kesana kemari karena masih terpana pada panah arang. Arang hitam yang terus berbekas dari tahun 2010 hingga 2013 ini. Menjadi pemanis selalu tidak ingin tergantikan posisinya karena pemanis selalu menginginkanku untuk hadir di sedu teh nya. Menjadi pemanis pun tidak perlu selalu mengucir rambutnya jika aku mengatakan aku menyukainya. Menjadi pemanis adalah mempengaruhi pikiranku agar aku bisa mengembalikan 65 KG ku. Agar aku bisa tahu bahwa menghisap asap tembakau itu berbahaya. 

Menjadi pemanis adalah tuntutan agar teh yang di sedu setiap pagi benar - benar manis. Menjadi pemanis adalah peran utama bukan karena diksi nya, tapi karena pengaruhnya.

Rabu, 12 Juni 2013

Aku, Angin, dan Hujan Rindu

Aku sedang ingin menangkap angin yang melintas di depan mataku meskipun aku tak mampu melihatnya lebih dari per sekian detik. Angin itu mengajak aku untuk terus berlari berlawanan arah dengan jarum jam. Berlawanan dengan memutarnya matahari. Angin itu tidak peduli bawa sesungguhnya putaran ini hanya kamuflase, efek dari perputaran bumi. Aku berdiri dengan asap yang aku hembuskan dan aku terus mengenggam makna aku berdiri sendiri. Lalu aku bertanya dengan penyebrang jalan di depan rumahku, "mengapa engkau menyebrang jalan?mengapa engkau tidak lurus saja sampai tujuanmu?mengapa harus menyebarng di depan rumahku?disini kan berbahaya untuk menyebrang jalan." Dia hanya menjawab " Bis nya biasa berhenti di situ mas, kalau saya nyebrang disana nanti saya ketinggalan bis."

Ternyata dia hanya ingin mengejar bis yang berhenti di depan rumahku. Dia tidak memikirkan betapa bahayanya menyebrang jalan di rumahku. Bukan karena jalan yang ramai atau lalu lintas yang padat, tapi karena disitu aku tidak peduli dia menyebrang. Aku sedang bermain petak umpet dengan angin. Itu yang membuat berbahaya. Karena dia sudah tua, tulangnya sudah lapuk dimakan usia. Tapi dia ingin tetap menyebrang disitu, dan aku tetap bermain dengan angin.

Aku berbalik arah dan menutup mataku, aku berbisik pada angin dan menanyakan apakah dia sudah pergi? tentu saja tidak ada jawaban seperti manusia menjawab. Angin hanya menjawab dengan aroma, aroma "nginang" yang sudah tidak tercium lagi. Itu pertanda dia sudah pergi. Aku balikan badanku lagi dan aku memandang ke arah dimana orang tua itu seharusnya berhenti menunggu bis. Ternyata sudah tidak ada, ternyata angin menjawab lagi dengan warna asap hitam di dekat tempat itu. Pertanda dia sudah pergi dengan kekasih yang dia tunggu didalam bis lapuk nya juga.

Aku berjalan langkah perlangkah untuk terus berbalik arah. Aku rasa angin ini mulai mempermainkanku. Bahkan ia mempermainkan bayangan pohon yang tertanam rapih di depan rumahku. Aku tak tau mengapa angin terus menggoyangkan ranting dan menjatuhkan dedaunan yang sudah berwarna coklat tua, tidak lagi muda. Ternyata angin ingin berbicara kepadaku, bahwa yang sudah tua, pasti akan jatuh kebawah jika angin yang mempermainkannya. Sedangkan yang muda akan tetap bersinar dengan embun pagi dan senja sore. 

Aku semakin tidak paham karena matahari semakin mencintai senja. Dia terus mengejar senja yang sudah duduk manis di tempatnya. Lalu aku kembali menghembuskan asap dari tembakau ku, asap itu pun kembali di permainkan oleh angin. Arahnya tidak jelas, kesana - kemari. Lalu akan menatap ke atas dan mengadu pada awan, mengapa angin menjadi seperti itu di saat - saat senja. Ternyata angin hanya ingin menangis, karena waktunya habis bersamaku. Angin menangis karena saat senja itu juga mereka kalah oleh hujan, yang selalu menghangatkanku dengan rindu. Angin seolah pergi begitu saja karena hujan rindu yang hadir di depan rumahku. Ternyata angin yang sedari siang hanya mencari perhatianku, karena dia tahu bahwa dia akan ditinggalkan aku karena hujan rindu. Tapi angin tak pernah tahu, bahwa saat dia bermain denganku, aku selalu tersenyum lebar. Tidak menangis seperti saat hujan rindu menemaniku.

Selasa, 11 Juni 2013

Magic is not a trick

Sulap bukan soal pembalap
Siapa tangan cepat dan mulut tepat
Sulap bukan soal berbohong
Siapa lambat dapat tong kosong

Tangan kanan memutar kartu bukan berarti tangan kiri ikut memutar
Tangan kiri memegang kartu bukan berarti tangan kanan ikut memegang
Mata sepasang selalu menatap yang di pandang
kuping terpasang selalu membuat penonton terangsang

Duduk manis tontonan laris
Duduk siku penonton ambigu
Diputar untuk memanjang
Dipajang untuk berputar

Yang mereka tunjukan bukan tentang trik
Yang mereka tunjukan hanyalah kumpulan dari latihan
Latihan untuk memastikan
Bahwa mereka bisa membuat putaran untuk dipajang
Untuk tersenyum lebar

Senin, 10 Juni 2013

Everybody Has Two Face

Isn't it?
Beberapa orang menganggap dirinya sebagai perfectionis. Tapi di dunia ini tidak ada yang sempurna.
Beberapa orang menganggap dirinya paling Istimewa. Tapi di dunia ini tidak lepas dari hal biasa.
Beberapa orang menganggap dirinya penuh luka. Tapi dunia ini merupakan cerminan surga Nya.
Beberapa orang menganggap dirinya bisa berdiri sendiri. Tapi dia selalu menangis saat sendiri.

Ambisi ada di sebelah kiri. Kesabaran ada di sebelah kanan.
Koalisi ada di sebelah kiri. Toleransi ada di sebelah kanan.
Raga ada di sebelah kiri. Jiwa ada di sebelah kanan.
Hidup ada di sebelah kiri. Mati ada di sebelah kanan.

Setiap persaingan mempertemukan iri hati. Setiap persaingan mempertemukan teman hati.
Setiap pertempuran menimbulkan duka. Setiap pertempuran menyisakan bahagia.
Setiap berterimakasih mengharapkan hutang budi. Setiap berterimakasih mengungkap tahu diri.
Setiap pertemuan berakhir perpisahan. Setiap perpisahan bergeming rindu.

Sepeluh ribu berarti kotak tembakau. Sepuluh ribu berarti kotak amal.
Sepuluh ribu berarti retribusi. Sepuluh ribu berarti baik hati.
Sepuluh ribu berarti makan nasi. Sepuluh ribu berarti berbagi.
Sepuluh ribu berarti kaos kaki. Sepuluh ribu berarti alas diri.

Semua serba kiri memiliki hirarki yang tak bisa dipungkiri
Semua yang serba kanan seolah olah menjadi yang terhormat
Bukankah Tuhan memberikan tangan kanan dan kiri agar seimbang??
Bukankah Tuhan memberikan Siang dan Malam agar Bumi tetap berputar?

Jadi setiap manusia memiliki dua wajah untuk tetap seimbang, dimanapun, kapanpun, yang mana digunakan sesuai dengan keadaan apapun.

Minggu, 09 Juni 2013

Bulan Ini Milikmu Sepenuhnya

Selamat bertambah umur, bulan ini milik mu sepenuhnya
Sudah terlalu lama kita bertiga tidak bergandengan tangan seperti ini. Saat aku memakai toga pun, orang yang berdiri di paling kanan terlambat karena tidak lekas bangun dari tidur siangnya. Dia begitu sibuk akhir - akhir ini, hingga waktu ku yang begitu berkenang sempat ia relakan sekalipun itu tidak sengaja. Kamu tahu bukan saat hari yang ku pikir dapat aku kenang aku kehilangan permata yang begitu manis. Semanis senyumnya yang terkadang masih ku ingat hingga saat ini walaupun aku sudah menyerahkan segalanya pada sang Maha Cinta. Kehilangan permata yang sudah memberikanku tangga tertinggi dan lubang terdalam bukanlah hal yang mudah. Kamu bisa membayangkan tanganku yang poleng karena kebiasaanku menggunakan permata itu. Biarkan sajalah sekarang terlihat poleng karena itu pasti berbekas. Dan kamu yang paling tahu tentang perasaanku bahwa aku bukan pria yang suka menendang permata ku yang hilang maupun melodi ku yang tak akan pernah aku gapai lagi karena melodi itu terlalu berkonsekuensi dan bukan hak aku untuk menatapnya lagi. Menatap dalam jarak yang jauh dengan pemaknaan yang dalam ataupun tak peduli di depannya karena aku tidak ingin membuatnya fals nada di depan banyak orang.

Kamu juga mengerti bahwa hidupku saat ini tidak lagi akan jatuh karena bagaimanapun aku masih merasa kesepian setelah aku tidak punya permata lagi. Apalagi kamu akan segera berpegangan erat dan bermimpi di tempat yang sama dengan orang yang selama ini telah memperjuangkanmu. Aku pasti akan tambah sendiri dimakan oleh keresahan isi hati bukan? aku juga tahu bahwa kamu resah ketika meliahtku berdiri di depan beranda dan tak lekas menyalakan rokok ku. Namun kamu tak perlu resah, karena bulan ini milikmu sepenuhnya. Sepenuhnya dengan segala berat badanmu yang mulai bertambah dan berat rasamu yang mulai berkurang. Berkuranglah juga untuk terlalu bersabar, karena terlalu bersabar mungkin membuatmu tenar. Maksudku ini adalah untuk tidak terlalu sabar, tapi bersabarlah! Perhatikanlah pilihan kata yang ku pakai, bersabarlah!! Itu himbauan keras agar kamu bisa lebih bersabar karena bulan ini milikmu sepenuhnya.

Kamu tak perlu memikirkan orang - orang yang hadir didepanmu dengan pura - pura dan mengendap dibelakangmu seperti anjing yang mengendus karena adanya tulang rawan. Kamu hanya perlu biarkan anjing itu mengendus - endus karena itu yang mereka butuhkan untuk tetap hidup. Teruskanlah saja untuk membuang keringatmu pada lahan kosong yang telah kamu petakan bersama Bunga dan Aga. Buatlah itu menjadi menawan dan setampan langit dan air yang mengalir deras di sekitarnya. Buatlah itu menjadi menawan seperti fajar dan senja yang siap menghampiri lahanmu yang masih kosong itu, meskipun kamu masih kurang tepat dalam membuat jembatan nya.

Aku perlu mengatakan satu hal ini dari foto tadi.  Kita bertiga sudah terlalu lama tidak saling menggenggam tangan seperti itu. Kita bertiga sudah terlalu lama hidup pada kursi kantor dan skat lantai yang berbeda. Mungkin dalam kenyataannya hanya ada aku dan kamu dalam ceritaku. Aku cuma ingin mengatakan, genggamlah tangan dia lagi. Dia sudah terlalu jauh dari jangkauan kita. terlalu jauh bukan berarti tidak bisa dikerjar bukan? Aku siap mengejarnya, aku rindu ketika kita bertiga saling bergandeng tangan.

Bulan ini milikmu sepenuhnya. Aku akan ditinggalkan oleh usia mudamu. Aku akan ditinggalkan oleh kodratmu. Aku akan di tinggalkan oleh waktumu. Tapi aku yakin, aku tak akan pernah ditinggal oleh pelukan hangatmu dan kapanpun kamu datang kepadaku. Aku ada di rumah, dikamar sebelah yang sempit dan penuh dengan kelelawar. Tinggal ketok pintu saja maka akan ku buka kan kamarku dengan aroma tembakau pabrik bercampur stela matic yang menyengat. Bulan ini akan sepenuhnya bercahaya pada auramu, membuatmu lebih bersinar dari hari - hari biasanya. Bulan ini akan menjadi lampu sorot berbalutkan lorong vintage di panggungmu. Bulan ini milikmu sepenuhnya.

Maaf aku tak bisa datang ke pestamu di Jogja nanti. Teman - temanmu sudah sangat luar biasa mempersiapkan segala hal agar kamu tetap bahagia pada bulan yang akan memakanmu ini. Teman - temanmu pun luar biasa karena tetap berada pada frekuensi yang sama denganmu meskipun di belakangmu ada anjing yang sedang mengendus ngendus karena tulangmu semakin lapuk dimakan usia. Maaf kan aku yang sedang berlatih menjalankan tanggung jawab ini. Menempuh jarak 50 KM setiap harinya dan baru hadir di lantai atas saat petang, lalu kembali berinteraksi dengan layar 14 inch ini.  Aku benar - benar tak bisa hadir pada pestamu nanti. Semoga saat kamu membaca pesanku ini, kamu paham apa yang aku maksud. Kamu tak perlu mengatakan apapun padaku nanti setelah membaca pesanku ini. Yang perlu kamu lakukan adalah berbahagialah, karena bulan ini milikmu sepenuhnya.

Sabtu, 08 Juni 2013

Berlibur pada Barisan Kata

Aku ingin berlibur pada layar kaca yang tak pecah dan selalu diterjang angin. Aku ingin berlibur pada barisan kata yang tak pernah terputus. Aku ingin berlibur karena semua penat ini begitu membelenggu. Dari hati hingga irisan bambu yang mengotori seluruh ujung kaki. Aku begitu terbelunggu pada rutinitas yang tak kunjung tuntas. Bukan niatku untuk terus melaju, karena jika aku selalu terus melaju maka ongkos bensin yang aku keluarkan setiap hari akan habis dimakan cacing - cacing bersubsidi. Bukankah seharusnya subsidi itu tidak dimakan oleh cacing yang kelaparan? entahlah, semua hanya penat yang aku rasakan.

Hari tinggal menghitung pada waktu tujuh hari lagi, aku akan diuji oleh keinginanku dan keberanianku sendiri. Dengan sumber daya yang sangat terbatas, termasuk sumber daya logam dan kertas bernilai yang terbatas pula. Bahkan sangat terbatas ku rasa. Semua ini hanya tentang semangat dan menunjukan gairah kaum yang menganggapnya muda. Padahal dilihat dari umur sudah lebih dari 23 tahun semua. masihkah itu tergolong muda? Entahlah, aku tidak ingin menjustifikasi hal itu. Aku hanya penat, butuh berlibur pada barisan kata yang tak bernah putus asa.

Untuk tertidur pun aku butuh gelap yang gemerlap. Gemerlap cahaya layar kaca dan gemerlap paduan suara diatas genting yang tak pernah tau dari mana asalnya. Tak peduli saja aku berirama pada paduan suara itu. Aku pokok intinya butuh gelap yang gemerlap untuk bisa tertidur pulas. Pulas agar lekas tuntas dari segala penat ini, penat yang sepertinya merengkuh waktu muda ku. Memangnya waktu muda itu ada jabatannya?mengapa diperebutkan? mengapa harus mengorbankan waktu muda? adakah waktu muda yang sia - sia? Entahlah, aku hanya penat, butuh berlibur pada barisan kata yang selalu berkuasa.

Aku tak ingin hanya pecahkan gelasnya saja jika ingin membuat ramai, gaduh. Aku ingin memecahkan segala isi kaca yang terpampang dengan perkasa di hadapanku biar semua riuh, semua terpana, semua beralih untuk melihat kaca pecah itu tanpa ada yang tahu kalau aku berlari dari rutinitas dan membunuh penatku. Berlari untuk menggapai libur yang berbaris dan bersiap - siap. Bukankah berlibur yang kita butuhkan saat ini?saat semua menjadi kumpulan rasa penat?

Jumat, 07 Juni 2013

Lelah lah jika harus menunggu

Lelah letih lesu lunglai
Kusam kering kerut kosong
Isih Penuh Ada Tersedia
Panjang lebar luas banyak

Berkelahi berkelana berjaga mengarungi samudra
Berjibaku bermimpi berasumsi mengarungi lautan
Berjelaga bercerita berirama mengarungi arus sungai
Berenang bersenang senang dengan riang menyelami kolam

Tegas lugas bersikeras
Lelet pelet palet
Pagi siang sore malam
Shubuh dhuha dzuhur ashar maghrib isya' tahajud
Makan minum mengisi perut kosong

Duduk santai dikursi panjang
Menunggu melihat jam tangan
Bosan penat emosi berdiri
Melangkah tinggalkan lelah
Tak usah terlalu lama buang waktu pada lelah dan penat!

Kamis, 06 Juni 2013

Woiyooooo........Aku Kembali

"Apa kabar kawan? Loong Time no see, kemana aja lo atau you mati...Senang rasanya bertemu kembali.."

lalu aku jawab:

"Aku kembali.....tlah sekian lama....mencari arti....Jalani mimpi....Ku kembali tempat dimana ku bisa bersembunyi, hanya disini, kulepaskan resah hari."

-----------------------------------------------------------------------------------------
 Sore hari yang diselimuti awan berjari dan berkaki seolah memberikan layar putih yang didalamnya ada gambar diri. Gambar tentang 9 manusia yang pada mulanya hanya sekedar pegiat rutinitas belajar semata. Begitu jelas dan begitu nyata tentang gambar itu, apa lagi Barista yang duduk dengan muka "Nyantheng" memutarkan lagu yang sengaja membuatku terdiam. Iya, benar adanya terdiam. Aku berbenak " sialan, sengaja banget ini orang mutar lagu ini, sengaja banget!!"

Setelah aku dimakan oleh senja yang begitu mendung, lalu aku beranjak untuk membalikan pikiranku pada ruang kosong berjarak tambang yang tergenang pada arus pikiranku. Semua tiba - tiba  menjadi hiruk pikuk dan ber gejala muda di pikiranku. Aku sesaki semua tanganku dan layar yang aku tatap hampir 5 jam rasanya dia amat marah karena tatapanku yang begitu emosional. Aku mencari semua yang pernah tersaji dengan rapi. Namun hanya ini yang berhasil aku gapai tentang mimpi, mimpi kita semua yang pernah berdusta bahwa kita tidak merokok atau minum Ciu yang ada di sebelah panggung, meskipun terkadang kita memang dipaksa keadaan. Tapi ini yang ikin aku katakan pada kalian:

1. Dia datang
Kamu penyebab pertamanya! Ndot!!

Dia datang menghampiriku di siang riang saat aku memainkan nada - nada yang diselancarkan oleh Tom Delonge. Studio saat ini penuh sesak oleh para audisional yang mencari eksistensi tentang keberadaan mereka. Datang dengan sebongkah tembakau dan kaca mata tebalnya, membantuku mencari jati diri si kunci melodi yang aku buat. Saat aku keluar dari studio yang dilengkapi peredam suara itu, dia hanya mengucapkan " ko terlalu mainstrem, band - band an kuwe nggolet seneng, nggolet wong sing nonton juga seneng (kamu terlalu manstrem, main band itu mencari kesenangan agar yang menikmati musik kita juga senang)."

Dia mengajakku bergegas menuju rumah Ole, si pemain judi yang pintar mencetak 3 angka di lapangan basket. Diajaklah putra dari pak Yadin ini untuk bercumbu dengan melodi 4 senar. Ole menyetujuinya dan dia menyarankanku untuk kerumah pak Tri. Bukan, bukan untuk nyaleg, tapi untuk membujuk si kribo yang paling gaul se kompleknya, semarang kidul. Awalnya si kribo menolak karena dia terlalu pendek, bukan pendek tubuhnya, tapi pendek keberaniannya. Akhirnya si bendot meyakinkan kalau si kribo bisa memainkannya.

Selang beberapa hari, hadirlah si gendut nan tampan dari kelas 10 enam. Dia biasa bernyanyi di pelataran kelasnya dengan begitu leluasa hingga tak sadar sebenarnya kancing bajunya sudah terbiasa terlepas karena tidak muat lagi. Tanpa banyak basa basi, si gendut pun mengiyakan. Setelah semuanya terkumpul, diantara kita berfikir bukan, bahwa kita butuh ketukan seperti kendang yang biasa dimainkan pada alur Jamaika? Terpikirlah dari kita untuk menyambangi si pecinta wanita yang hingga saat ini belum bisa berhubungan resmi lebih dari satu bulan. Hanya untuk memainkan isi perut dari ketukan itu. Setelah itu terjadi, kita semua berfikir bukan? kita membutuhkan orang yang pintar untuk senam jari pada papan seribu nada di setting piano? Saat itu aku disarankan untuk menjilat ludahku sendiri karena orang yang akan disambangi saat ini bukan lain adalah Ibe, iya Ibe. Orang yang pernah hampir aku pukul di hari jum'at karena dia dengan berani membuka kerudung dari --ah faaaak disebut kan....., mantanku!!--. Saat itu emosiku sudah begitu melanda membanjiri sekujur tubuh untuk menghantam Ibe. Namun Allah masih memberikanku seribu kesabaran karena saat itu hari Jum'at, Thank's God It's Friday!. Pertama kali aku kembali bertemu dengan Ibe, aku masih pasang muka masam dan pura - pura tak perduli. Awalnya masih canggung untuk berbicara, masih basa basi, hingga akhirnya semua menjadi cair karena kelakuan Ole, Bendot, Galih, Fandi, dan Satya. Asuuuu emang kalian semua!!!! ahhahaha

Setelah semua menjadi cair secair salju, berangkatlah kami pada pementasan pertama. Pementasan yang saat itu butuh image yang baik untuk seterusnya. Karena saat itu butuh Image, kita semua berfikir butuh sesosok wanita untuk menarik perhatian bukan? hehehe, namanya Olga (pacarnya si Aan Krandegan). Olga pun tidak terlalu lama basa basi dan akhirnya kita berpentas pertama.


First Action At AMPG KPPG Musik Contest

2. Terus - Terusan

Penampilan perdana yang tidak begitu memalukan, meskipun ekspresi kita memalukan saat selesai berpesta karena kita semua banyak celoteh sana sini. Tapi biarkan sajalah, tanpa begitu kita tak akan bernah bisa menyatu. Beberapa minggu kesekian, kita semua kembali diundang untuk mengisi dan menghangatkan daerah Paweden. Kita semua berangkat bersama, aku masih menggunakan Vespa klasik punya bapakku dan seperti biasa, Ibe minta dijemput Fandi dan selalu mengeluh dijalan. Walaupun tanpa imbalan apapun, kita semua berirama pada hari itu, kalian lupa?ini masih ada buktinya. Bahkan mas Toni saat itu begitu bersemangat dengan kita... Lihat pula, si pecinta wanita masih ngetuk - ngetuk jimbe.

featuring mas Toni. 

Dingin si, tapi rela bagi - bagi :)

Sekiranya seperti itu awal mula dari kita, namanya saja masih Thumband Reggae jadi ya mainnya masih kadang - kadang gitu ya. Baiklah, lekas dan bari kita bergegas untuk menuju panggung berikutnya yang akan lebih penuh sesak. Oiya, awal mula kita manggung masih ingat hanya berapa yang nonton dan berapa yang ikut bergoyang? hehe, coba kalian ingat - ingat saat itu mungkin lebih dari hitungan jari tidak ada.

3. Diubah sajalah namanya, jangan Thumband. Ganti jadi Thumband Javanesse Raggae!

Jikalau sehari bertemu tanpa adanya debat dan ngutang saat latihan bukanlah kita. Atau si satya yang suka nggodain mba ida di studio. Entah apa lah kelakuannya, atau Ibe yang manja minta di jemput dan Ole yang suka tambal ban di tempatnya pak Ibud. Wes kabeh rubes dewek - dewek. Tapi seperti itulah kita hingga suatu saat diantara kita tercentuk untuk merubah nama biar keren katanya. Entah keren di lihat dari mana juga aku tidak peduli, namun nama ini cukup membuat hati berbekas dengan segala kenyataannya. Ya, nama inilah yang kita sepakati hingga si pecinta wanita berubah posisi menjadi penyanyi. Ditambahlah si Opa Acil  dan mas Adunk dengan kemampuan skate board nya mengisi posisi Satya. Sepertinya posisi ini cukup panas karena di isi oleh dua orang yang saling bergantian. (NB: Asal jangan gantian pasangan ya ) Sederhana saja, kita beri nama baru:


new name, new brand


4. Serangkaian Kisah dari Kita

Coba sebutkan satu per satu lagu yang pernah kita nyanyikan bersama. Gelap pun tak akan menutup telinga kalian untuk terus mendengarkan ayunan gendang dan jimbe kalian. Petang menjadi kehangatan hingga karena rela menghampiri satu per satu dari individu yang duduk tercengan melihat kalian. Hanya untuk mengajaknya berdansa dan melupakan semua masalah mereka. Ya, kalian mengajak yang duduk untuk berdansa pada mulanya.



Atau kita yang meramaikan festival tanpa di kasih pinjam jimbe oleh teman kita sendiri? Semua bergerutu dan menghisap cerutu setelah itu, duduk bersama dan menenangkan diri bersama. Panggung yang hampir sepi pernah kita temui dan kita lalu secara naluri dan emosi. Meskipun Galih selalu terdiam dan gigit jari, tapi dia berkonsentrasi pada melodi.
dan si penjudi yang selalu mengajarkan kita tersenyum, riang, dan berirama dalam kondisi apapun. Semarah apapun yang kita alami diatas panggung dan se hina apa ketika kita ditipu daya oleh ego kita masing - masing.

Semua hanya perlu pejamkan mata dan menikmati alunan kasih sayang dari nada kita masing - masing. Hingar bingar di depan kita hanyalah imajinasi sementara jika kita tidak menikmatinya.


Pejamkan saja hingga kita berganti tangan dan genggaman. Semua hanya butuh dinikmati dan dirasakan. Mengalir dan nikmati tanpa beban dihati. Ayo kita semua nyanyi bersama, bersenandung tentang "don't worry"

Atau jika kita lelah pada rutinitas kita, teriaklah sekencang - kencangnya. Hempaskanlah irama yang mengganggu penat dalam telinga dan detak irama. Pernahkah untuk mencoba berguling diatas pasir sembari kaki - kaki kita semua telanjang? lakukan saja karena kita hanya perlu berteriak saat itu.

Minta maaflah juga jika kita pernah mengecewakan para pedansa ceria. Para rambut gimbal yang rela menunggu pagi hanya untuk menunggu dengung di kuping mereka hilang karena sentuhan melodi kita. Tak usahlah cemberut meskipun aku pernah membuatmu hampir berkerut. Itu hanya ego sesaat, aku terpanah pada hati yang tertutupi paksaan diri. Tapi kamu lah yang terbaik disini, kamu yang telah membentuk aliran kita sendiri.



Meskipun kamu terbaik, kamu tidak selalu mampu untuk terus meyakinkan bahwa kita bisa terbang dan berkibar selembut Bendera yang kita nyanyikan. Kita mendapat nomor urut pertama untuk menunjukan kedahsyatan kita untuk mengajak mereka berkaki telanjang, tak usah di sesali mesipun kita bukan jadi yang pertama saat itu. Tapi kita berhasil menaklukan lagu Bendera untuk menjadi yang kedua dan tampil dua kali sekaligus. Dengan catatan hilang ditengah peredaran karena kebiasaan si Bendot mlengos dengan ketukan dan kemahiran si pecinta wanita berimprovisasi, masih ingatkah?



Tak perduli kita menjadi yang nomer berapa. Yang kita tahu hanyalah iringan nada yang selalu membuat mereka semua kecanduan. Meskipun tidak separah pecinta wanita ini, tapi kita membuat mereka bahagia. Jangka waktu yang tak pernah kita sadari bahwa kita memang yang kedua hadir di kota ini sebelum semua menjamur seperti saat ini.


Tak Perduli juga jika si kribo selalu terdiam. Dia sebenarnya tidak terdiam karena perasaannya yang mungil, namun dia terdiam karena irama pada efek yang dia bolak balik kan begitu mempesona. Begitu terpesona hingga pipi merah meronanya di kempotkan dan selalu menatap kosong kedepan


Lihatlah, kribo terdiam pun semua didepannya merasuk kedalam panggung dan berdiri di depannya. Untuk mengajarinya bergoyang. Itu semua karena satu frekuensi yang sama.


Hingga akhirnya kita semua menemukan malam hari. Malam hari yang begitu berbondong - bondong.


Seperti gerombolan gagak yang pulang sore dan berbaris. Mereka juga gagak, mereka berbaris dan laris dalam menghabiskan keringat mereka bersama di depan mata kita semua.


Tak perduli seberapa lama mereka berdiri. Bandingkan saja dengan keluhan mereka semua saat mengikuti upacara, selalu mengeluh bukan? hari itu mereka tidak pernah mengeluh karena berdiri, bahkan semacam mengajak si duduk untuk meloncat - loncat.


Mereka tak pernah merasa keberatan meskipun yang mereka hadapi selalu merasa keberatan dengan berat badannya.


Bahkan mereka saling menjunjung tinggi agar bisa menikmati dansa dengan cara yang berbeda. Menikmati dansa di tengah hingar bingar hilangnya semua energi kita pada ribuat watt disekitar kita.



Bukankah kita semua merindukan pemandangan seperti ini kawan? pemandangan yang selalu menhampiri mimpi kita sebelum membersihkan asap dan abu tembakau di motor kita masing - masing.
Mereka semua masih berdendang, bagaimana dengan kita?



Semua sudah berjalan seperti waktu dan masanya. Aku hanya memutar lagu yang pernah kita putar dan cari nadanya. Belum ada media baru diantara kita yang mana dengan mudah memprediksi jatuhnya do dan re ada dimana. Belum ada media baru yang begitu cepat untuk memberitahukan keberadaan kita. Yang kita tahu hanyalah sunset dan sunrise. Jika diantara kamu berada di suatu tempat saat ini, sudahkah kalian merokok sambil menikmati Coffe Mix yang biasa kita buat dirumahku?




Rabu, 05 Juni 2013

Kamu hanya Perlu Bahagia Saat Ini

I hope You will Be very Happy after This Moment, My Lovely Sister


Pasukan dari rintik hujan sudah menutup segala penjuru arah untuh masuknya cahaya. Begitu juga dengan kumandang Adzan maghrib yang semakin meyakinkan bahwa semua ini sudah semakin dekat. Dekat dengan berjibun kuah opor ayam dan teh hangat seperti yang biasa ibu berikan kepada kita sebelum kita ikhlas untuk mengeluarkan keringat bersama sekop dan pacul yang begitu garang. Namun malam ini kamu tidak begitu terhilat garang seperti aku melihat kamu begitu garang ketika menaiki kerbau di tengah sawah dan kamu rela untuk mengangkat batu bata ke arah bak yang sudah ku buka. Malam ini begitu tenang dan hikmat aku melihat pada tatapan matamu. Seolah kamu tidak berbicara mengenai aku yang merokok ataupun kamu yang  setia memberikanku satu bungkus rokok ketika aku sedang kelelahan. Kamu hanya diam dan senyum malam ini.

Haruskan aku memberikanmu bunga seperti yang Bunga kasih setiap hari untukmu? ataukah haruskah aku memberikan Cincin emas seperti yang kekasihmu berikan padamu? Oh tidak, tentu saja tidak. Aku tidak bakal mampu sampai tahap itu untuk saat ini. kamu juga tahu, aku adalah bawahanmu, aku adalah buruh yang siap menyelesaikan segala tanggung jawabmu saat ini karena aku tau, kamu hanya membutuhkan mata berkelana pada gembira. Kamu tak butuh beban yang selama ini kamu tanggung demi aku bisa bertoga. Kamu tak perlu melakukan banyak hal untuk saat ini. Mungkin itu yang bisa aku lakukan agar kamu tau, bahwa aku disini sangat kesepian. Aku ditinggal oleh banyak harapan dan asa rasa. Kamu tahu segalanya apa yang aku rasa. Bahkan kamu rela untuk datang kepadaku saat aku berada di 316 KM dari tempat kamu berada, demi membelikanku sebungkus rokok serta kamu membawakan coklat kesayangaku. Pun ketika aku menangis tentang betapa beratnya berperan sebagai sosok Harapan keluarga. Kamu benar - benar menggenggamku dengan sangat hagat. Meskipun kamu tahu bahwa tiada hari tanpa "mutungan" diantara kita. Kamu selalu mengalah untuk ku. Selalu, bahkan kamu rela disalahkan karena prasangka tak terduga dari orang yang ingin sok tau tentang kehidupanku. Kamu merelakan semua egomu.

Setelah ini, kamu akan berdansa dengan orang lain. Tepatnya orang yang kamu cintai meskipun terkadang kalian saling menyakiti. Setelah ini kamu akan menggenggam tangannya setiap hari dan akan menyediakan kopi pagi dan air panas malam untuk orang yang kamu dambakan. Meskipun kamu begitu superior sebagai wanita, kamu tak pernah akan mampu untuk berfikir sendiri sehingga kamu membutuhkan kehangatan dari orang yang kamu hampiri di mimpi setiap hari.

Aku akan menjadi sosok yang tegar sekalipun terkadang aku selalu meneteskan air mata hingga bahuku tak mampu aku angkat dan aku buat gagah. Melihatmu begitu tegar untuk menghidupkan ku sebagai aku selama ini, melihatmu selalu memilihkan baju dan celana hingga sepatu yang cocok untukku, karena aku tak pernah bisa memilih baju dan celanaku sendiri. Semua kamu yang membuat aku menjadi aku. Aku hanya bisa berbuat seperti ini hingga saat ini, hingga malam ini pun aku tegar di semua hadapan orang berkerudung yang sebagian besarnya sudah buncit perutnya dan di depan bapak - bapak berkumis. Aku menegaskan segala konsep yang sudah aku susun untuk hari kebahagiaanmu. Kamu hanya terdiam dan melihatku berbicara, seperti aku adalah mahluk yang tercipta dari belahan yang lain. Seperti kamu hanya baru menatapku kemarin. Malam ini sungguh berbeda. Aku hanya bisa mendoakanmu, aku hanya bisa berbuat banyak pada konsep hari istimewamu nanti. Semoga kamu bahagia setelah yang kamu lalui semua, semoga kamu menyukai konsepku karena ini adalah hasil kamu menghidupiku selama ini. Akan aku balas satu per satu, lewat karyaku nanti, semoga kamu bisa bahagia di hari yang indah nanti. Aku selalu mendoakanmu.

Yang pasti, hari ini aku hanya akan mengeluarkan asap rokok ku sendirian di kamarku tanpa kamu tahu bahwa aku mengeluarkan air mata yang begitu banyak. Tanpa kamu tahu, bahwa aku akan kehilangan sebagian waktuku denganmu. Semoga kamu bahagia setelah ini, kakak ku tercinta. I Love U so much.

Selasa, 04 Juni 2013

Hanya Saja

Panjang Terlentang
Tegas Bergegas
Lari berjari - jari
Jari ditinggal pergi

Hendak membawa isi hati pada jamuan lentera merah
Berhenti pada titik yang berlawanan arah
Disuruhnya semua berbalik arah
Seperti semua, seperti sedia kala

Tak perlu lagi saling menjajah
Cukup Tegas Bergegas dan Panjang Terlentang
Tak perlu lagi saling menjajah
Cukup berlari tanpa meninggalkan jari.

Jika harus melihat gairahmu yang dulu menari dengan yang lain, cukup lihatlah
Jika harus melihat indahnya yang dulu bernyanyi diatas harapan yang lain, cukup dengarkanlah
Terlalu banyak untuk berfikir jika namun belum merasakan, hanya asumsi
Yang di dasari pada analisis hati

Panjang Terlentang
Tegas Bergegas
Lari berjari - jari
Jari ditinggal pergi

Hanya saja untuk mengedipkan hati dan melegakan mata
Hanya saja untuk berkemas bahwa siap di petualangan selanjutnya
Hanya saja tidak menjadi beban pundak selanjutnya
Hanya saja berbahagialah dengan yang berikutnya

Senin, 03 Juni 2013

Sudah kah kalian semua Alay?

Begitu banyak perubahan setelah teknologi yang mempengaruhi munculnya era digitalisasi. Jujur saja aku merupakan salah satu korbannya. Aku mengakui menjadi orang yang kaget untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang saat itu begitu menggemparkan dunia. Sebenarnya aku pun sedikit berfikir, apakah orang yang lahir dan pernah merasakan keterbatasan seperti di era 90an pasti mengalami "terkejut" oleh perkembangan teknologi digital?mungkin sebagian besar iya. Tengok saja alaman email atau ID Friendster saat dulu dibuat. Beberapa orang menyebutnya itu "Alay". Namun sebenarnya penyebab alay itu apa si?kok bisa - bisanya itu terjadi?aku sendiri selama ini risi dengan orang yang masih "alay". Namun jika dilihat - lihat lagi, aku yo hooh je(aku juga iya) dulunya.

Hal pertama yang menyadarkanku bahwa aku pernah menjadi orang alay itu adalah huruf. Ya sebagian dari kita pasti pernah mengalami menulis dengan huruf yang GeDhe KeciElz GetoHHH... Teyus huLuph Nah Di cingKatz - CingkAtz GeToh biAr OrAng LiatNa MuMet NdaSE.....eYaAahHhh GakK seh??

Sebenarnya saat mau nulis tentang alay ini aku mikir - mikir dan mencari - cari foto - foto jaman kaget menggunakan teknologi digital. Namun setelah menggeledah seluruh isi laptopku yang lama, ternyata aku hampir menemukan beberapa barang bukti kalau aku itu dulu Alay. Sumpah Nji'i tenan!!!!! tapi yowes, yo ben. Itu sudah berlalu. Yang perlu di lakukan sekarang adalah kok bisa seperti itu? mengapa?aku mencoba menganalisisnya.

1. FOtOEH QyuH PaS PelTama K-X di J@mBoeL RamBoetNa

Ini foto terlawas yang aku punya. Aku masih bersyukur bisa menemukan foto ini. Ini Aku baru lulus SMP dan moment ini diambil dokumentasinya saat aku sedang menghabiskan waktu sembari menunggu pengumuman masuk SMA. Waktu itu, Mbak saya merupakan salah satu Pegiat Panggung dengan aliran Hip - Hop. Lihat saja rambutnya, seorang cewek yang berani mengganti modelnya menjadi Conrue(jaman dulu kayak Allen Iverson). Melihat mbak ku yang berani bergaya seperti itu, aku merengek, dan aku bilang" Mbak, mbok rambute nyong di dandani si, ora sempong bae"(mbak, rambutku juga di dandani dong, biar gayanya ga sempong melulu). dan akhirnya rambut ku di jambul hingga saat ini. Dan ini adalah moment pertama rambut ku di jambul. Dulu aku sangat menyukai Blink 182 dan terinspirasi oleh Travis Barker. Jadinya ya rambut KW seperti ini.

First Time For JAMBUL


2. FoTO N tAngAnNyAh CeLLaluWh Nge PhUk

Indikasi yang kedua adalah mengacungkan jari tengah saat menghadap ke kamera. Entah apa motivasiku saat itu. Mungkin karena terlalu sering melihat poster Tom Delonge yang mengacungkan jari tengah di gambar maka aku ikutan aja. Mungkin biar terlihat keren gitu atau apalah namanya. Apapun itu yang jelas ini masuk indikasi orang yang dikatakan "allay" bukan? Sudah lah, akui saja, memang seperti itu ada dan ada buktinya. Tak usah lagi mengelak. Mau dalam posisi apapun dan ke adaan apapun tetep aja mengacungkan jari tengah. Bahkan foto dengan saudara - saudara yang seharusnya terkesan manis malah di coreng dengan acungan jari tengah, di dekat boneka pula. Waduh, masuk kategori "alay" level apa itu aku ga tau.

Santai lho mas


hhmmmm

Iki opooo meneh dikasih merah - merah

Anak Desa masuk Hotel Bintang Lima, ya kayak gini hasilnya

Anak desa yang terobsesi jadi artis, ya kayak gini jadinya

Cah Ndeso mandi di Bath up,emmmmmm.....Yo ko ngene ki lah

Sok - Sok an jadi musisi mas?

3. Sok iMoEtZ GetOOOOh kAkaKgz

Indikasi lain setelah mengacungkan jari tengah adalah tampil semaksimal mungkin dalam bentuk imut. Aku baru menyadari, ternyata penyakit "alay" ku ini masih membekas hingga aku semester 1. Awal kuliah karena suasana masih terbawa oleh suasana SMA, jadi ya sok - sok an pingin eksis dan pingin terlihat paling wah. Setelah aku bercerita dengan beberapa teman - temanku, ternyata hasrat seperti itu pasti menghampiri mahasiswa baru korban "alay". Sebutlah saja dulu friendster masih begitu populer dan penggunaannya untuk eksistensi masih begitu tinggi. Dari situlah aku menjadi seperti itu. Namun Sepertinya aku tertolong oleh lingkungan yang mengajariku untuk menjadi sederhana. 

Mboten onten receh mas

Imoetz beuudz kan mAZZZZ

4. fOtoNa Di CeBeLah MoBil EaaHHh

Ada lagi yang lebih mencengangkan. Foto disebelah Mobilnya siapa biar terkesan bagaimana. Aku juga berfikir saat ini. Sebenarnya apa si yang dicari saat foto disebelah mobil itu?mau pamer punya mobil atau bagaimana? padahal mau bagaimanapun dan meskipun sudah punya SIM A, tetap saja itu mobil masih milik orang tua bukan?

modarooo fotone miring

mboten ngertos nopo niki maksude

5. poToNA di ToKO ORang

Baiklah, kalau kejadian ini mungkin dilakukan secara berjamaah. Mungkin memang buat seru - serua aja, jangan terlalu serius. Di gowo guyon saja kali ya. Meskipun sudah terindikasi alay, ya seperti ini lah. Di toko siapa, beli juga enggak, tapi ya tetep pingin nggaya.





   ------------------------------------------------------------------------------------------------

Apa yang terjadi pada diriku beberapa tahun yang lalu membuktikan sepertinya manusia yang diterpa oleh teknologi digitalisasi perlu mengadapi adaptasi. Secara sekilas, itu semua karena kebiasaan yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Bayangkan saja saat dulu ketika Handphone masih Nokia seri 3310. Tidak ada hal - hal seperti itu yang terjadi. Mungkin masih dalam tahap "alay" secara tulisan dan itupun bersifat pribadi. Biasanya kalau yang tulisan itu karena ngikut temen - temennya biar tambah gaul pastinya. Setelah muncul adanya inovasi dari Nokia yang menggabungkan Handphone dengan kamera, maka jadilah hal - hal seperti diatas. Semua - semua ingin di dokumentasikan. Namun terkadang jika dilihat secara etika, ya sepertinya justru merusak tatanan wibawa dan citra.

Dahulu hal seperti itu tidak dipikirkan, namun sekarang ketika aku semakin sadar bahwa penggunaan teknologi digital memang sangat - sangat membawa citra diri. Maka benar adanya jika ada istilah "jangan bugil di depan kamera". maksudnya bisa bersifat denotasi dan konotasi. Yakni menggunakan teknologi digital digunakan sesuai dengan kebutuhan dan fungsi. Memang semua tidak bisa dipaksakan karena itu semua hanyalah sebuah proses. Tanpa proses itu, mungkin semua yang mengalami era "ke-Alay-an" nya akan terus berfikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah baik - baik saja. Padahal perkembangan media sosial saat ini sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang yang menggunakannya. Pikirkan saja bagi yang terbiasa bangun tidur dan sebelum tidur mengakses media sosial, bukan kah itu memang sangat dibuthkan?

Hanya saja sekarang banyak orang yang meng"olok - olok" orang lain alay namun dia sendiri tidak sadar bahwa dia pernah mengalami proses tersebut. Meskipun berbeda indikasi dari apa yang aku alami diatas, namun tetap saja penilaian tentang "alay" mungkin lebih di titik beratkan pada berlebihan dalam menggunakan media sosial. Setelah aku amati apa yang aku lakukan saat itu, memang benar adanya, terlalu berlebihan dalam menggunakan media sosial dapat menimbulkan efek seperti itu, mungkin minimalnya bisa disebut "narsisme"

Jadi, sudahkah para "kaget-ers" yang hidup di era 90an mengakui bahwa kalian pernah mengalami proses yang seperti ini?Menjijikan kah?biarkan saja, itu sudah berlalu. Biarlah itu menjadi bahan candaan ketika kalian ngopi bersama dan saling ejek ketika dewasa nanti. Pasti akan menjadi hal yang menyenangkan tatkala hal yang memalukan di lakukan bersama dan di ingat - ingat dimasa mendatang. Sudahkah kalian semua "alay?"

Minggu, 02 Juni 2013

PERSIRES Day!


Stadion Sumitro Kolopaking, hari ini tanggal 2 Juni 2013 pukul 15.00 WIB hingga 17.15 WIB, Parakancanggah, Banjarnegara. Persires Banjarnegara VS Persekap Pasuruan. Divisi Utama LPI


Tiket Resmi yang di sponsori oleh Djarum Super
Sudah lama sekali kota kami hening dan sunyi, apalagi sangat ironis melihat stadion yang sudah siap untuk bertarung tapi tidak pernah ada para pejang yang rela meninggalkan semua pekerjaan mereka demi sebuah nama kebanggaan seperti yang selama ini di nyanyikan di pinggir lapangan. Dulu kala, pernah ada orang tua yang berbicara kepada ku tentang betapa hebatnya kota ku ini ketika berbondong - bondong menyaksikan sebuah irama yang diatur melalui sebuah bola. Orang tua itu begitu rindu akan riuh stadion yang letaknya tidak jauh dari ini. Setiap kali menapakan kakinya di jalan menuju stadion pasti akan terasa begitu semangat dan begitu bergairah. Bahkan orang tua itu bilang" gaweanku tak tinggal nek mbanjar maen mas" (pekerjaan ku tak tinggal kalau Mbanjar --sebutan kota ku-- main). Namun itu sudah dulu kala, orang tua itu sudah begitu lama tidak merasakan gemerlap semangat yang riuh di dalam stadion.

Belum lama ini aku sering menghabiskan waktu untuk berputar menggunakan sepeda di sekitar stadion dan melihat ke arah turunnya matahari sembari membayangkan betapa hebatnya jika stadion ini dipenuhi dan disesaki oleh para pejuang harga diri. Betapa hebatnya mereka jika merelakan apa yang sedang mereka kerjakan untuk menghabiskan energinya demi melihat bola yang diombang ambingkan. Tak peduli siapa yang menang dan kalah, semua sudah siap menghabiskan energinya seperti aku yang menghabiskan energiku saat itu diluar dengan mengayuh sepeda secara perlahan sembari melihat sekeliling stadion dan berharap di depanku akan banyak terparkir roda dua, mungkin jumlahnya ribuan--benak ku saat itu--.

Selama aku menghabiskan waktu ku di Yogyakarta, aku selalu menyediakan energi ku untuk habis dan ikut dalam gemerlap kemerahan bersama ratusan pendukung Setan Merah (Manchester United). Hampir setiap minggunya aku selalu berkeringat ketika memakai jersey Thailand kw AAAA yang hingga saat ini belum pernah aku cuci sekalipun. Selain itu, aku juga menyempatkan untuk menyaksikan pasukan Elang Jawa di Maguwoharjo International Stadium. Padahal aku bukan orang asli Sleman, tapi itulah sepak bola, emosinya selalu merasuki jiwa untuk melihat bola yang diombang ambingkan kesana kemari.  Saat aku memasuki Stadion milik pasukan Elang Jawa pun aku berbenak. Didalam benak ku aku berkata "kapan aku bisa mendukung tim dari kota ku sendiri? mengapa harus tim dari wilayah lain, bahkan yang jauhnya antar benua pun aku dukung. huft--sembari menghela nafas dalam benakku--."

Waktu telah memakan eranya dan semua berlabuh pada fajar dan senja. Begitu pula dengan ku, setelah aku menyelesaikan study ku di kota pelajar itu, aku memutuskan untuk menikmati irama untuk mengukur seberapa jauh aku bisa bertahan di kota ku sendiri. Salah satu cara untuk bertahan adalah dengan olah raga. Saat itu aku memilih futsal rutin setiap seminggu sekali agar bisa bertemu dengan kawan lama. dan disitulah aku mulai menemukan adanya mimpi yang selama ini hanya terucap di lidah. Saat aku bertemu kawan lamaku, mereka semua berbincang mengenai sebuah tim sepak bola dengan nama Persires. Aku pikir saat itu  Persires adalah sebuah tim kelas tarkam yang sedang mengikuti kompetisi lokal di Banjarnegara. Aku tidak begitu bergeming saat itu karena aku hanya mengenal nama Persibara sebagai salah satu klub sepak bola di kota ku ini. Namun semakin hari, ternyata dugaanku salah, bahkan salah besar. Persires adalah klub yang saat ini menjadi tumpuan emosi dan hampir mulai merasuki harga diri orang - orang penikmat sepak bola di Banjarnegara. Klub ini datang seperti mimpi yang tak pernah terpikirkan oleh ku sebelumnya. Pemilik dari klub ini adalah orang Medan yang mempercayakan Banjarnegara sebagai tempat yang tepat untuk di jadikan markas dan bertarung.

Tentulah potensi petarung bola dikota ini mulai menjadi, mereka mulai menunjukan tajinya meskipun masih banyak pasukan yang didatangkan dari kota lain. Dan meskipun tim dengan nama Persires ini sampai kapan akan di embel - embeli Banjarnegara. Namun yang sekarang perlu ditunjukan adalah betapa rindunya kota ini untuk riuh dan datang berbondong - bondong serta menghabiskan energi mereka, merelakan semua pekerjaan mereka untuk membuat seisi stadion berteriak. 

Kaget, tercengang, senyum, senang, semua menjadi satu. Aku masih sedikit ragu apakah ini benar - benar kotaku yang sudah lama aku tidak menghabiskan waktu disini? Oh Tuhan, aku mulai berfikir, apakah ini jawaban dari Mu tentang pertanyaan sebagian orang dimuka dataran tanah Indonesia raya ini . Pertanyaan tentang" DIMANA ITU LETAK BANJARNEGARA?" Mungkin itu pertanyaan yang hampir masuk lelucon semua orang Mbanjar dan pasti mengiris telinga dan hati ketika harus menyebutkan "Banjarnegara itu Dieng, Banjarnegara itu sebelah nya Wonosobo" lalu ada sahutan lagi"oh iya aku ngerti Dieng Wonosobo". Sial!!! bukan itu yang kami harapkan. Tapi mungkin ini waktu yang tepat untuk memunculkan, setidaknya di peta pelajaran Geografi bahwa Banjarnegara itu ya Banjarnegara, tak perlu lagi menyebutkan sebelah kota mana. Mungkin tim sepak bola ini akan menjawab dimana letak Banjarnegara.

Dan hari ini aku menyaksikan motor roda dua yang parkir di depan stadion ini berjumlah ribuan, seperti yang aku bayangkan sedari dulu saat aku mengayuh sepeda hingga pelataran stadion ini. Saat aku membeli tiketnya pun masih serasa mimpi. Apakah ini benar - benar ada di kota kami?. Lalu aku beranjak untuk memasuki stadion ini. Aku melihat ribuan penonton sudah duduk rapi. Kini Stadion ini benar - benar riuh, meskipun tidak seriuh para Jack Mania atau Aremania. Stadion ini di jejaki para hooligan untuk menunjukan bagaimana seharusnya mereka mendukung tim dari kota mereka sendiri. Tak perlu lagi mendukung tim dari kota lain karena ada kebanggaan disini. Bukan "karbitan" bukan pula "Glory Hunter". Ini yang seharusnya dilakukan oleh orang asli sini, mendukung tim sendiri. Meskipun dengan nama tim yang masih terdengar asing, namun itu perlahan akan menjadi emosi dalam tubuh orang kota ini karena yang dubutuhkan adalah pertarungan diatas lapangan. Bukan hanya nama yang selama ini di elu - elukan namun tak pernah bisa bertarung.

Aku tak peduli sejauh mana nama Persires ini akan dipakai untuk melengkapi hati Banjarnegara. Yang perlu aku pikirkan saat ini adalah bagaimana caraku untuk meluangkan waktu dari semua kegiatanku untuk datang ke stadion Sumitro Kolopaking ini dan mendukung tim yang seharusnya aku dukung. Tidak akan ada lagi meneriakan yel - yel di stadion kota lain, kini Sumitro Kolopaking siap untuk dipenuhi yel - yel yang berambisi dan berdikari. Dan kini, tim yang dulu pernah didukung oleh orang - orang diluar Banjarnegara ketika mendarat di kota lain akan menjadi lawan nya. Mungkin yang ada di Semarang tentang dukungannya terhadap PSIS dan yang ada di Yogyakarta tentang mendukung PSS maupun PSIM. Semua kini berbalik arah, karena dukungan kepada tim di kota pendaratan itu bersifat sementara, kini ada PERSIRES BANJARNEGARA yang perlu disaksikan aksinya.

Rabu depan, PSS Sleman yang akan menjadi saksinya. Dan tanggal 16 Juni 2013 mendatang, PERSIS SOLO akan menyaksikan riuhnya stadion Sumitro Kolopaking. That's It boy! let's Cheers our Tim!!!

MBRAHOL (MBANJAR HOOLIGAN) menyanyikan yel - yel Persires


Terus bersuara tak peduli tim dalam keadaan seperti apa, yang mereka tahu hanyalah menjadi pemain ke 13 bagi Persires


Berangkat bersama, bernyanyi bersama, dan berteriak serta angkat tangan bersama

Sabtu, 01 Juni 2013

There is Nothing in 9

Satu......

Dua.......

Tiga........

Empat......

Lima.......

Enam.......

Tujuh.......

Delapan......

Sembilan......

Sampai situ saja aku cukup menghitungnya. Tak pernah ada tambahan setelah itu kecuali anugrah yang berbaris panjang melintang di garis katulistiwa. Tak pernah akan ada lagi sembilan - sembilan berikutnya. Sembilan pertama sungguh luar biasa, aku tak pernah bisa menghentikannya dipikiranku. Sembilan Pertama hadir di tengah hujan dan jas hujanku seharga tiga ribu dan tiga lilin syahdu. Aku tak pernah melupakan permen kiss warna biru itu dengan tulisan "I miss U". Kamu menjadi pemenang dalam sembilan pertamaku. Aku berharap sembilan pertamaku menjadi istimewa setelahnya, setelah dunia mayaku kamu hempaskan dan kamu tinggalkan. Karena aku memilih untuk meninggalkan diriku pada diriku sendiri, tanpa melalui sembilan pertama. Sudah lima kali aku bahagia pada sembilan yang pertama. Semoga kamu memperoleh yang mulia setelahku.

Sembilan yang kedua, datang dengan tiba - tiba dan halusinasi kerangat yang menyengat di malam hari. Sendiri dan menunggu pembalapnya. Pikiranku dikejutkan oleh sihir - sihir muda tentang manusia yang membutuhkan rasa saling memiliki dan berbagi. Aku melangkah selayaknya romeo yang tak tahu arah. Bukan sekedar itu, aku menunda dalam berpikir malam dan menempatkan diriku pada posisi yang paling hitam. Semua yang dibutuhkan adalah pengakuan. Tapi aku tidak menyukai hal itu. Aku menyukai proses yang aku alami dan semua berjalan seperti salju yang mengalir di siang hari. Aku yang telah menghitamkan diriku sendiri. Dan aku tau apa yang harus aku lakukan, aku harus kembali pada diri sendiri yang tegak atas diri sendiri, dan konsekuensi.

Tak ada sembilan lagi,,,sembilan yang baru, mungkin akan penuh debu dan rajutan tembok yang tinggi. Tembok yang tak akan mudah diraih. Tembok yang luar biasa. So let it flow, like snow.