Senin, 03 Juni 2013

Sudah kah kalian semua Alay?

Begitu banyak perubahan setelah teknologi yang mempengaruhi munculnya era digitalisasi. Jujur saja aku merupakan salah satu korbannya. Aku mengakui menjadi orang yang kaget untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang saat itu begitu menggemparkan dunia. Sebenarnya aku pun sedikit berfikir, apakah orang yang lahir dan pernah merasakan keterbatasan seperti di era 90an pasti mengalami "terkejut" oleh perkembangan teknologi digital?mungkin sebagian besar iya. Tengok saja alaman email atau ID Friendster saat dulu dibuat. Beberapa orang menyebutnya itu "Alay". Namun sebenarnya penyebab alay itu apa si?kok bisa - bisanya itu terjadi?aku sendiri selama ini risi dengan orang yang masih "alay". Namun jika dilihat - lihat lagi, aku yo hooh je(aku juga iya) dulunya.

Hal pertama yang menyadarkanku bahwa aku pernah menjadi orang alay itu adalah huruf. Ya sebagian dari kita pasti pernah mengalami menulis dengan huruf yang GeDhe KeciElz GetoHHH... Teyus huLuph Nah Di cingKatz - CingkAtz GeToh biAr OrAng LiatNa MuMet NdaSE.....eYaAahHhh GakK seh??

Sebenarnya saat mau nulis tentang alay ini aku mikir - mikir dan mencari - cari foto - foto jaman kaget menggunakan teknologi digital. Namun setelah menggeledah seluruh isi laptopku yang lama, ternyata aku hampir menemukan beberapa barang bukti kalau aku itu dulu Alay. Sumpah Nji'i tenan!!!!! tapi yowes, yo ben. Itu sudah berlalu. Yang perlu di lakukan sekarang adalah kok bisa seperti itu? mengapa?aku mencoba menganalisisnya.

1. FOtOEH QyuH PaS PelTama K-X di J@mBoeL RamBoetNa

Ini foto terlawas yang aku punya. Aku masih bersyukur bisa menemukan foto ini. Ini Aku baru lulus SMP dan moment ini diambil dokumentasinya saat aku sedang menghabiskan waktu sembari menunggu pengumuman masuk SMA. Waktu itu, Mbak saya merupakan salah satu Pegiat Panggung dengan aliran Hip - Hop. Lihat saja rambutnya, seorang cewek yang berani mengganti modelnya menjadi Conrue(jaman dulu kayak Allen Iverson). Melihat mbak ku yang berani bergaya seperti itu, aku merengek, dan aku bilang" Mbak, mbok rambute nyong di dandani si, ora sempong bae"(mbak, rambutku juga di dandani dong, biar gayanya ga sempong melulu). dan akhirnya rambut ku di jambul hingga saat ini. Dan ini adalah moment pertama rambut ku di jambul. Dulu aku sangat menyukai Blink 182 dan terinspirasi oleh Travis Barker. Jadinya ya rambut KW seperti ini.

First Time For JAMBUL


2. FoTO N tAngAnNyAh CeLLaluWh Nge PhUk

Indikasi yang kedua adalah mengacungkan jari tengah saat menghadap ke kamera. Entah apa motivasiku saat itu. Mungkin karena terlalu sering melihat poster Tom Delonge yang mengacungkan jari tengah di gambar maka aku ikutan aja. Mungkin biar terlihat keren gitu atau apalah namanya. Apapun itu yang jelas ini masuk indikasi orang yang dikatakan "allay" bukan? Sudah lah, akui saja, memang seperti itu ada dan ada buktinya. Tak usah lagi mengelak. Mau dalam posisi apapun dan ke adaan apapun tetep aja mengacungkan jari tengah. Bahkan foto dengan saudara - saudara yang seharusnya terkesan manis malah di coreng dengan acungan jari tengah, di dekat boneka pula. Waduh, masuk kategori "alay" level apa itu aku ga tau.

Santai lho mas


hhmmmm

Iki opooo meneh dikasih merah - merah

Anak Desa masuk Hotel Bintang Lima, ya kayak gini hasilnya

Anak desa yang terobsesi jadi artis, ya kayak gini jadinya

Cah Ndeso mandi di Bath up,emmmmmm.....Yo ko ngene ki lah

Sok - Sok an jadi musisi mas?

3. Sok iMoEtZ GetOOOOh kAkaKgz

Indikasi lain setelah mengacungkan jari tengah adalah tampil semaksimal mungkin dalam bentuk imut. Aku baru menyadari, ternyata penyakit "alay" ku ini masih membekas hingga aku semester 1. Awal kuliah karena suasana masih terbawa oleh suasana SMA, jadi ya sok - sok an pingin eksis dan pingin terlihat paling wah. Setelah aku bercerita dengan beberapa teman - temanku, ternyata hasrat seperti itu pasti menghampiri mahasiswa baru korban "alay". Sebutlah saja dulu friendster masih begitu populer dan penggunaannya untuk eksistensi masih begitu tinggi. Dari situlah aku menjadi seperti itu. Namun Sepertinya aku tertolong oleh lingkungan yang mengajariku untuk menjadi sederhana. 

Mboten onten receh mas

Imoetz beuudz kan mAZZZZ

4. fOtoNa Di CeBeLah MoBil EaaHHh

Ada lagi yang lebih mencengangkan. Foto disebelah Mobilnya siapa biar terkesan bagaimana. Aku juga berfikir saat ini. Sebenarnya apa si yang dicari saat foto disebelah mobil itu?mau pamer punya mobil atau bagaimana? padahal mau bagaimanapun dan meskipun sudah punya SIM A, tetap saja itu mobil masih milik orang tua bukan?

modarooo fotone miring

mboten ngertos nopo niki maksude

5. poToNA di ToKO ORang

Baiklah, kalau kejadian ini mungkin dilakukan secara berjamaah. Mungkin memang buat seru - serua aja, jangan terlalu serius. Di gowo guyon saja kali ya. Meskipun sudah terindikasi alay, ya seperti ini lah. Di toko siapa, beli juga enggak, tapi ya tetep pingin nggaya.





   ------------------------------------------------------------------------------------------------

Apa yang terjadi pada diriku beberapa tahun yang lalu membuktikan sepertinya manusia yang diterpa oleh teknologi digitalisasi perlu mengadapi adaptasi. Secara sekilas, itu semua karena kebiasaan yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Bayangkan saja saat dulu ketika Handphone masih Nokia seri 3310. Tidak ada hal - hal seperti itu yang terjadi. Mungkin masih dalam tahap "alay" secara tulisan dan itupun bersifat pribadi. Biasanya kalau yang tulisan itu karena ngikut temen - temennya biar tambah gaul pastinya. Setelah muncul adanya inovasi dari Nokia yang menggabungkan Handphone dengan kamera, maka jadilah hal - hal seperti diatas. Semua - semua ingin di dokumentasikan. Namun terkadang jika dilihat secara etika, ya sepertinya justru merusak tatanan wibawa dan citra.

Dahulu hal seperti itu tidak dipikirkan, namun sekarang ketika aku semakin sadar bahwa penggunaan teknologi digital memang sangat - sangat membawa citra diri. Maka benar adanya jika ada istilah "jangan bugil di depan kamera". maksudnya bisa bersifat denotasi dan konotasi. Yakni menggunakan teknologi digital digunakan sesuai dengan kebutuhan dan fungsi. Memang semua tidak bisa dipaksakan karena itu semua hanyalah sebuah proses. Tanpa proses itu, mungkin semua yang mengalami era "ke-Alay-an" nya akan terus berfikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah baik - baik saja. Padahal perkembangan media sosial saat ini sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang yang menggunakannya. Pikirkan saja bagi yang terbiasa bangun tidur dan sebelum tidur mengakses media sosial, bukan kah itu memang sangat dibuthkan?

Hanya saja sekarang banyak orang yang meng"olok - olok" orang lain alay namun dia sendiri tidak sadar bahwa dia pernah mengalami proses tersebut. Meskipun berbeda indikasi dari apa yang aku alami diatas, namun tetap saja penilaian tentang "alay" mungkin lebih di titik beratkan pada berlebihan dalam menggunakan media sosial. Setelah aku amati apa yang aku lakukan saat itu, memang benar adanya, terlalu berlebihan dalam menggunakan media sosial dapat menimbulkan efek seperti itu, mungkin minimalnya bisa disebut "narsisme"

Jadi, sudahkah para "kaget-ers" yang hidup di era 90an mengakui bahwa kalian pernah mengalami proses yang seperti ini?Menjijikan kah?biarkan saja, itu sudah berlalu. Biarlah itu menjadi bahan candaan ketika kalian ngopi bersama dan saling ejek ketika dewasa nanti. Pasti akan menjadi hal yang menyenangkan tatkala hal yang memalukan di lakukan bersama dan di ingat - ingat dimasa mendatang. Sudahkah kalian semua "alay?"

2 komentar:

  1. Ngakak ngebacanya, sumpah, yulisan kamu luccuuu banget. Kayaknya aku harus buka2 foto lama ini, biar ga cepet komn kalo ada orang rada alay di pesbuk or Twit. Karna aku juga 'mantan' alay :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, sekedar intermezzo aja sebenarnya bu. Biar hidupnya ga terlalu serius. Mending ngomentarin diri sendiri dari pada ngurusin kekurangannya orang lain. Kan ngetawain diri sendiri lebih seru :P

      Hapus

Silahkan di Respect