Sabtu, 01 Juni 2013

There is Nothing in 9

Satu......

Dua.......

Tiga........

Empat......

Lima.......

Enam.......

Tujuh.......

Delapan......

Sembilan......

Sampai situ saja aku cukup menghitungnya. Tak pernah ada tambahan setelah itu kecuali anugrah yang berbaris panjang melintang di garis katulistiwa. Tak pernah akan ada lagi sembilan - sembilan berikutnya. Sembilan pertama sungguh luar biasa, aku tak pernah bisa menghentikannya dipikiranku. Sembilan Pertama hadir di tengah hujan dan jas hujanku seharga tiga ribu dan tiga lilin syahdu. Aku tak pernah melupakan permen kiss warna biru itu dengan tulisan "I miss U". Kamu menjadi pemenang dalam sembilan pertamaku. Aku berharap sembilan pertamaku menjadi istimewa setelahnya, setelah dunia mayaku kamu hempaskan dan kamu tinggalkan. Karena aku memilih untuk meninggalkan diriku pada diriku sendiri, tanpa melalui sembilan pertama. Sudah lima kali aku bahagia pada sembilan yang pertama. Semoga kamu memperoleh yang mulia setelahku.

Sembilan yang kedua, datang dengan tiba - tiba dan halusinasi kerangat yang menyengat di malam hari. Sendiri dan menunggu pembalapnya. Pikiranku dikejutkan oleh sihir - sihir muda tentang manusia yang membutuhkan rasa saling memiliki dan berbagi. Aku melangkah selayaknya romeo yang tak tahu arah. Bukan sekedar itu, aku menunda dalam berpikir malam dan menempatkan diriku pada posisi yang paling hitam. Semua yang dibutuhkan adalah pengakuan. Tapi aku tidak menyukai hal itu. Aku menyukai proses yang aku alami dan semua berjalan seperti salju yang mengalir di siang hari. Aku yang telah menghitamkan diriku sendiri. Dan aku tau apa yang harus aku lakukan, aku harus kembali pada diri sendiri yang tegak atas diri sendiri, dan konsekuensi.

Tak ada sembilan lagi,,,sembilan yang baru, mungkin akan penuh debu dan rajutan tembok yang tinggi. Tembok yang tak akan mudah diraih. Tembok yang luar biasa. So let it flow, like snow.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan di Respect