Sabtu, 08 Juni 2013

Berlibur pada Barisan Kata

Aku ingin berlibur pada layar kaca yang tak pecah dan selalu diterjang angin. Aku ingin berlibur pada barisan kata yang tak pernah terputus. Aku ingin berlibur karena semua penat ini begitu membelenggu. Dari hati hingga irisan bambu yang mengotori seluruh ujung kaki. Aku begitu terbelunggu pada rutinitas yang tak kunjung tuntas. Bukan niatku untuk terus melaju, karena jika aku selalu terus melaju maka ongkos bensin yang aku keluarkan setiap hari akan habis dimakan cacing - cacing bersubsidi. Bukankah seharusnya subsidi itu tidak dimakan oleh cacing yang kelaparan? entahlah, semua hanya penat yang aku rasakan.

Hari tinggal menghitung pada waktu tujuh hari lagi, aku akan diuji oleh keinginanku dan keberanianku sendiri. Dengan sumber daya yang sangat terbatas, termasuk sumber daya logam dan kertas bernilai yang terbatas pula. Bahkan sangat terbatas ku rasa. Semua ini hanya tentang semangat dan menunjukan gairah kaum yang menganggapnya muda. Padahal dilihat dari umur sudah lebih dari 23 tahun semua. masihkah itu tergolong muda? Entahlah, aku tidak ingin menjustifikasi hal itu. Aku hanya penat, butuh berlibur pada barisan kata yang tak bernah putus asa.

Untuk tertidur pun aku butuh gelap yang gemerlap. Gemerlap cahaya layar kaca dan gemerlap paduan suara diatas genting yang tak pernah tau dari mana asalnya. Tak peduli saja aku berirama pada paduan suara itu. Aku pokok intinya butuh gelap yang gemerlap untuk bisa tertidur pulas. Pulas agar lekas tuntas dari segala penat ini, penat yang sepertinya merengkuh waktu muda ku. Memangnya waktu muda itu ada jabatannya?mengapa diperebutkan? mengapa harus mengorbankan waktu muda? adakah waktu muda yang sia - sia? Entahlah, aku hanya penat, butuh berlibur pada barisan kata yang selalu berkuasa.

Aku tak ingin hanya pecahkan gelasnya saja jika ingin membuat ramai, gaduh. Aku ingin memecahkan segala isi kaca yang terpampang dengan perkasa di hadapanku biar semua riuh, semua terpana, semua beralih untuk melihat kaca pecah itu tanpa ada yang tahu kalau aku berlari dari rutinitas dan membunuh penatku. Berlari untuk menggapai libur yang berbaris dan bersiap - siap. Bukankah berlibur yang kita butuhkan saat ini?saat semua menjadi kumpulan rasa penat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan di Respect