Kamis, 10 Juli 2014

Tetiba Hilang



Langkah sore menuju pusat kota, mulai memadat dan mulai bersorak suara. Kini sendirian, Sang Pohon pejuang yang selalu dibicarakan. Tak ada kawan dan tak ada keluarga, kerabatnya kini diganti pedagang berkaki lima. Kaki yang digunakan untuk tatakan harapan disetiap keluarga. Keluarga yang nyaris tidak mengakui bahwa mereka warga kota ketiga. Kota yang selalu ditinggal insan pelita, kota yang selalu kesepian akan harapan, dan kota yang tenggelam.

Banyak keyakinan pada tiga hari sebelumnya. Pasukan berbaris dan berseragam katanya memadati pusat kota itu. Mengumbar janji dan harapan, tetap saja, sang pohon kesepian. Aku dengar kabar itu dari selembar kertas yang terpampang di setiap sudut, mereka berbicara, sayangnya mereka tak di perhatikan. Kalian tahu? mereka kalah dengan gadis belia bercelana warna warni. Diacuhkan dan hanya dijadikan persyaratan. Begitu awal aku berjalan di pusat kota Banjarnegara.

Baru ku sadari, tak ada yang menyapaku seperti 5 tahun lalu. 5 Tahun lalu, aku bagian dari kerajaan yang menyiksa pusat kota dan kini tiada yang menyapaku. Aku berjalan, tak ada satupun raut wajah yang pernah ku sapa sebelumnya. Tetiba aku melihat dibalik layarku, kini 2014. Tetiba tak ada yang menyapaku, tak ada yang merayuku, dan tak ada yang memandangiku seperti sedia kala. Ku aktifkan perangkat cerdas berukuran 10 inch, tetiba aku hilang, aku hanya hidup di linimasa, bukan di pusat kota, lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan di Respect