Hilang jari manis untuk melakukan "promise", lalu muncul kelingking untuk mengalahkan ibu jari. Ibu jari mengajarkan cara mengalah pada si kecil. Bukan permasalahan gajah kalah dengan satu semut atau ratusan semut, hanya sebagai asosiasi makna bahwa yang besar yang mengalah, yang besar yang mengajarkan. Perhelatan berlanjut pada jari telunjuk yang selalu mengorbankan dirinya. Bahkan acap kali jari tengah menjadi citra buruk bagi jari telunjuk yang berada di sebelahnya. Bila saraf mereka tergerak oleh frekuensi yang sama, bisa jadi jari telunjuk termakan oleh hasutan jari tengah.
Saat mulai mengepal, terlihat manis berjejer dengan pinangan di jari manis. Tentu saja manis untuk tersenyum, bukan manis untuk memukul. Garis - garis yang membentang dan konon bisa dibaca menjadi celah untuk berjabat. Sesekali bisa dicoba untuk menerawang masa depan dari garis tersebut. Ada yang bilang menarik, ada pula yang bilang musrik. Kalau aku, sederhana saja, bolehkah aku lihat masa depanku yang tergenggam di tanganmu? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan di Respect