Minggu, 19 Mei 2013

Negri Seribu Bintang *dalam sebuah proses*


Kali ini aku hanya meneruskan cerita yang sebelumnya dimana para remaja masjid memiliki cara untuk membuat istana raja menjadi seribu bintang, berikut kisahnya:

1. Tempat Pemandian Harus Terlihat Mengkilap

Gambar 1
Gambar 2
Tengok saja dua remaja masjid dibawah ini. Cat kulit yang menempel di lengan kanan nya tak mempengaruhi  ketakutannya terhadap air. Meskipun istananya di lewati oleh sungai serayu, raja tetap menginginkan tempat pemandiannya untuk terlihat megah. Raja memerintahkan para prajuritnya untuk membuat papan seluncur agar raja - raja dari wilayah lain bisa merasakan sensasi yang melangit.
Sejatinya para remaja masjid yang biasa mengaji tidak begitu akrab dengan berenang. Mereka memakai berbagai cara agar istana raja terlihat indah dalam digitalisasi yang diolah menggunakan buku catatan digital. Keringat yang mengalir melalui pori - pori pun sama sekali tidak nampak dengan jelas, semua tertutup rapi oleh genangan air yang mewabah disetiap kotak dan bulatan. Karena mereka adalah remaja masjid, jadi mereka tidak takut untuk masuk kedalam genangan air membawa aliran listrik yang sudah terbungkus dengan rapi. Mereka lebih dari sekedar penyihir dalam tradisi Matahari. Sungguh!
Raja memahami bahwa disetiap kunjungan raja pasti memerlukan tempat pemandian agar semakin akrab. Bukan karena selir yang berterbangan seperti bidadari 9 sayap, namun jamuan - jamuan khasanah daerah yang ingin dikenalkan raja akan lebih mengena jika di presentasikan setelah bersenang - senang dengan genangan air. Raja juga tidak kehabisan akal untuk membuat sensasi yang "unyu". Raja kembali memerintahkan prajuritnya untuk membuat arus buatan seperti laut dan sungai di tempat pemandiannya. Ah, entahlah apa yang dia pikirkan lagi, orientasinya sungguh menjamu raja dari wilayah lain dengan sebaik - baiknya.


2. Dalam kegelapan dan musim hujan, Istana harus terlihat memiliki "Seribu Bintang"
Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Malam hari adalah suasana gegap gembita para satwa yang tinggal di pinggiran kali serayu. Suara kodok "ngorek" dipinggir kali dan Jangkrik pun saling bersahutan seperti paranada . Bukan alto dan bass seperti yang kita bayangkan, tapi ketulusan tentara Tuhan yang luar biasa sehingga seperti di sajikan Broadway versi air yang mengalir. Ini bukan tentang sisi musikalitas, tapi ini tetang sisi menikmati sebuah keagungan Tuhan.
Remaja masjid tidak berhenti begitu saja setelah keringatnya hilang dimakan ombak buatan. Mereka melanjutkan tradisi magisnya untuk membuat seribu bintang. Ya versi digital yang diolah melalui buku catatan digital. Satu persatu menaiki koridor ruangan yang lebarnya hanya kurang dari 1 meter. Apalagi kalau bukan tradisi magis jika para remaja masjid bisa selamat. Tengok saja cahaya putih kecil yang ada di sudut koridor atas. Seperti itulah satu per satu harus dijelajahi agar pistol rekam dapat memacu kecepatan 0/40 second untuk melukis cahaya. Melukis cahaya?di hari yang gelap? sudah ku bilang, itu adalah tradisi magis yang dimiliki oleh remaja masjid. Sungguh raja sangat beruntung telah mengambil keputusan yang tepat untuk mengadakan sayembara.

3. Kamar istirahat yang Legit.
Gambar 6
Seperti lagunya Muchael Buble yang berbicara mengenai hari yang cantik. Ya, beautiful day!!! Setiap ruangan yang memiliki volume yang dicari dari panjang kali lebar telah di persiapkan oleh raja. Kini giliran remaja masjid yang menyentuhnya. Bukan dengan Imperio atau Inflatus, namun dengan kajian - kajian lukisan cahaya. Mulai dari membatasi gerbang cahaya yang masuk dan perlahan membuat sisi yang cerah. Satu per satu di nyalakanlah gulungan gelembung uap yang bungkus dengan rapi. Remaja masjid ingin menyulap ruang istirahat menjadi legit. Terapi manis berkulit gamis, didirikannya cagak tiga kaki dan panel 1000 watt yang sudah disiapkan untuk menyulap tempat istirahat. Setiap sudut ruangan harus terlihat bercahaya dan tegas. Lihatlah pada gambar yang mana memiliki Gulungan gelembung uap yang terbungkus dengan rapi. Remaja masjid harus satu per satu menegaskannya, sekecil sekoci yang berbaring disebelah kapuk modern yang dilengkapi dengan pir dari dunia barat.

4. Ramah Tamah
Gambar 7
Siapa yang tidak diajarkan Bab ramah tamah saat menduduki dan mencorat coret bangku SD dengan tipe X?? rasanya mustahil jika tidak diajarkan karena dunia timur sangat taat dengan alur. Remaja masjid pun merupakan khasanah dari budaya timur yang begitu melekat pekat dan tak terbatas. Mereka tahu bagaimana caranya agar kawanan Raja bisa merasa betah dan merasa terhormat. Salah satunya adalah pada keramah tamahan yang dimiliki oleh alur dari dunia timur. Tak usah dibahas siapa yang membawa, bisa saja pedagang dari negri arab yang dari dulu selalu diceritakaan saat berkisah tentang Nabi. Namun disini meskipun mereka Remaja Masjid, mereka tidak semena - mena dengan keyakinan mereka. Mereka tetap menjunjung tinggi alur timur dengan mengemas keramah tamahan dipermukaan.


5. Challenge Accepted
Gambar 8
Raja tidak hanya memikirkan tentang perang atau cara mempertahankan daerah, jika mereka bertemu justru mereka ingin menunjukan kemampuan - kemampuan lain yang dimilikinya selain strategi perang dan jumlah pasukan yang dimilikinya. Meja 9 bola ini merupakan salah satu wahana yang selalu dijelajah oleh raja dari wilayah lain. Tidak ada alasan untuk tidak menerima tantangan ini kecuali jika harga dirinya mau diporak porandakan oleh kayu yang panjangnya hampir 1 meter dengan ukiran batik ini.

  --------------------------------------------------------------------

Seperti itulah sekiranya proses remaja masjid yang menerima tantangan dari sayembara yang dilayangkan oleh raja untuk membuat seribu bintang di Istananya. Masihkah para pembaca harus meyakini bahwa tidak ada yang tidak mungkin??ini hanya daerah kecil, sebut saja Banjarnegara, di peta jaman lama pun tidak terlihat dengan jelas, bahkan di Google pun masih begitu jarang aktivitasnya. Hanya saja Google bukanlah remaja masjid yang aktif membuat bintang - bintang baru disini. Ya, Aku hidup dilingkungan seperti ini. Selamat menikmati para penggila ibu kota :) ,aku tetap disini untuk merajut bintang bersama remaja masjid yang sudah khatam ratusan kali ini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan di Respect