Tentu saja cerita dari teman saya itu membuat saya semakin yakin bahwa tidak salah orang menyebut suatu kota dengan sebutan apapun karena setiap orang memiliki hak untuk melakukan pencitraan.n Pencitraan dimana kota tersebut berarti belum memiliki branding yang luas. Banjarnegara, ya Banjarnegara. Untuk para punggawa Banjarnegara, nama kota Banjarnegara adalah sebuah tepukan dada ( ketika seorang pemain sepak bola berhasil mencetak gol dan mencium lambang tim nya ) untuk jalan ke depan. Karena dari segi apapun, saya selalu mengenal orang - orang hebat di Banjarnegara. Tentu saja merka memiliki kredibilitas nomber wahid di bidangnya. Para punggawa Banjarnegara seperti Sholeh tentu memiliki kebanggaan sendiri menjadi warga " yang tak" dikenal kebanyakan orang. Karena ada peribahasa " merendah untuk meroket ". Cerita Sholeh ini merupakan bagian awal dari apa yang akan saya ceritakan tentang Banjarnegara dimata saya, tentu saja dengan perspektif yang sangat subyektif dari penulis. Semoga menginspirasi. :-)
Sabtu, 14 Mei 2011
Banjarnegara di mata punggawa ( Pengganti tulisan hari Jum'at yang Hilang, 13 Mei 2011 )
Ketika seseorang pergi meninggalkan kota yang selama itu menjadi bagian hidupnya, tentu saja orang tersebut berharap dia mendapat background yang kuat dimata penduduk kota lain. background yang kuat itu tidak lebih hanya sebagai nilai prestise agar orang yang merantau dapat dikenali identitasnya dari mana dia berasal. Seperti halnya salah satu teman saya yang merantau di salahs atu kota. Sebut saja Sholeh. Soleh berhasil mendapatkan beasiswa untuk meneruskan belajar di salahs atu Universitas Favorit. Ketika Sholeh sampai di Kota tujuannya, dengan kepala tegak Sholeh memperkenalkan diri didepan bapak dan ibu kos. " pak, bu , saya dari Banajrnegara, saya mau kuliah di Universitas INI. Mohon bimbingan bapak dan ibu karena saya akan emnetap sebagai warga kos bapak dan ibu" dan jawaban bapak kos adalah " owalah, sekarang Indonesia memiliki negara bagian ya, Banjarnegara, kalau boleh tau kapan merdekanya? kok saya ga tau? maklum dek, bapak sibuk urusan pekerjaan". Sontak Sholeh meneguk air liurnya dan menggarukan tangan di kepalanya. Sholeh cuma menjawab " kami masih orang Indonesia pak." diakhiri dengan senyuman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan di Respect