Aku mulai berjajar dan merapikan barisan
Berduyun-duyun ku rangkai semua pasukan berbentuk cekung
Tuan ku mulai mengisyaratkan bahwa malam enggan lesap sekejap
Maksud hati untuk menunda mengatup daun mata
Aku terbiasa untuk siap siaga
Sedari tuan ku kecil, aku selalu berkubang hingga hitam
Pun, tuan ku pernah bertanya, mengapa aku selalu berkumpul dan menyekung?
Aku jawab dengan insan jenaka, itu cara ku mencintaimu
Tuan ku tak pernah bisa hanyut dalam definisi cinta
Baginya, itu tak akan sempurna tanpa hitungan purnama
Masih terjaga hasutan yang semakin merajalela
Tenang tak berupa di kala fajar tiba, risau menjadi pemenang
Makin lama lamunan makin larut
Makin lama himpunan makin cekung
Tuan ku mengutus serebum nya bergerilya
Bergegas untuk mengikis jalur yang tak licin, agar berair
Aku mulai senang, Tuan ku mulai aku manjakan
Aku mulai memberikan tanda paling nyata
Malam Tuan ku indah
Rayuan malam tak pandai menyekat kapita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan di Respect