Jumat, 26 November 2010

playER yang tergesER



video ini saya ambil di salah satu tempat makan favorit di daerah Purwokerto. ada beberapa alasan mengapa saya tertarik ketika melihat sepasang bapak tua bermuka senyum nan keriput mulai menata kendang dan alat musiknya.
1. bapak itu berada pada lingkungan mayoritas anak muda yang memiliki gaya hidup ber LABILITAS tinggi. maksud dari labilitas adalah masih banyak mencari - cari tahu akan keberadaannya ( ngrang siih2. alat yang digunakan bapak ini berupa seperti gitar akan tetapi banyak senarnya, mungkin masih jarang dilihat oleh banyak orang.
3. bapaknya staycool saat direkam, soalnya biasanya kalau pengamen - pengamen itu pasti ACTION kalau direkam atau ingin mencari perhatian.

nah dari alasan - alasan seperti itu saya mulai memperhatikan gerak gerik sepasang bapak ini. nah lagi ternyata bapaknya memang bukan pengamen yang biasa di jalanan, melainkan bapak itu semacam player yang tergeser. ya mereka tergeser dari era kontemporer yang hampir mayoritas membudidayakan elektro dan tekhno.
sebenarnya perkembangan ini bukan salah atau sebagainya, hanya saja terkadang kita lupa dengan identitas diri. dari video ini bapak ini menceritakan bahwa mereka sebagai player yang tergeser ingin menge- BUZZ atau menge- PING anak - anak muda yang berada ditempat makan tersebut. tidak kurang tidak lebih, simple, tapi memang benar - benar tergeser.

selain cerita itu, ada beberapa point yang bisa dipetik
1. copy pada bungkus uang = PRAKTIS, TANPA SISA. hahah, cukup meNYENGOL perasaan juga bahwa kalau makan harus dihabislkan.
2. alat semacam gitar : bapak tua ini menyanyi dengan FLUENTLY dan memainkan alatnya pun FLENTLY. walapun terkesan sederhana, tapi bila dilihat lenih dekat, jumlah senar itu sangat banyak dan harmonisasi bapak tua itu bisa tepat.

arti dari itu adalah memang bapak itu memiliki kemampuan dalam memainkan alat, dan yang menjadi pertanyaan adalah : MENGAPA KEDUA BAPAK ITU MEMILIH TEMPAT INI SEBAGAI PANGGUNG SHOW OFF NYA, KENAPA TIDAK MEMILIH DI DINAS ATAU DI PENDOPO??

jawabannya gampang , karena ternyata mereka ingin tetep hanyut dalam era kontemporer akan tetapi ingin memiliki ciri khas ang kuat dan bisa disaksikan langsung oleh pelaku - pelaku kontemporer yang hilir mudik datang ketempat itu.
heheh simple bukan??
salut buat kedua bapak tua tersebut
semoga menginspirasi.

3 komentar:

  1. Nice. ehm ,alat itu namanya Kecapi, bukan mas? :D

    BalasHapus
  2. sangar lah ini dirga.... mantap

    BalasHapus
  3. @ danang : hahah,anda benar

    @ Fotodeka : wew..ada idola saya..wkwkk

    BalasHapus

Silahkan di Respect