Sabtu, 21 Mei 2011

Menutup Untuk Malam ini

Terpaksa saya tidurkan terlebih dahulu
Terpaksa saya letakkan terlebih dahulu
Terpaksa saya lelahkan terlebih dahulu
Dan terpaksa saya indahkan terlebih dahulu

Dahulu bukan karena inang yang terpaksa
Dahulu bukan karena rahang yang dipasang secara paksa
Dahulu bukan karena gigi ini bisa diberi jeruji besi
Dan dahulu bukan karena sesuatu yang terus ditangisi

Diam adalah sesuatu yang mencurigakan
Diam adalah sesuatu yang menggumpal
Diam adalah sesuatu yang menjadi pertanyaan
Maka jangan salahkan diam jika menjadi sebuah runyam kapal

Disini bukan berarti mati
Disini bukan berarti tak mengerti
Disini bukan berarti hilang
Dan disini bukan berarti malang


Sholeh mulai meninggalkan kursi yang biasa untuk melihat rembulan dan menghabiskan cengkeh berbalut kertas putih yang dibakar dengan sepercik gas yang diberi api. Hari dimana ia berada di kota Gudeg ini menjadi semakin dipertanyakan. Siapa yang menanyakannya? Sholeh ditanyakan oleh eksistensi dimana dia adalah sesosok pemudah yang "harusnya" memang bertanggung jawab untuk Banjarnegara. Katakan saja nama formalnya adalah "Duta Wisata". Ataukah itu yang membuat Sholeh begitu yakin akan Banjarnegara? ataukah karena Sholeh begitu yakin bahwa teman - teman Sholeh begitu hebat untuk membawa Banajrnegara? Sholeh.....oh Sholeh...... seperti judul film yang terus diriset oleh sutradara dan produsernya agar sesuai dengan target pasarnya. Sholeh bukan hanya target pasar, tapi Sholeh adalah senjata "Direct Selling" untuk Banjarnegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan di Respect